Kalender Bali

Selasa, 02 Agustus 2011

Mahabrata Dalam Yoga ( Menelisik Pentingnya Aspek Yama & Niyama )

Pendahuluan
Yoga merupakan senam tubuh yang sangat digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat belakangan ini. Senam yoga dapat ditemukan di sanggar-sanggar pecinta yoga, di sekolah-sekolah sebagai salah satu ekstra kurikuler, di kampus-kampus sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa ataupun di kalangan artis dan pejabat sebagai olahraga yang menyenangkan. Alasan utama mereka memilih yoga adalah manfaatnya yang sangat luar biasa bagi tubuh. Dengan berbagai manfaatnya yang terutama menyehatkan dan menyegarkan badan juga pikiran membuat yoga menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat pecinta senam kebugaran. Alasan lainnya adalah dinilai bahwa yoga ini memiliki gerakan yang relatif sederhana dan tidak berat seperti olahraga lainnya tapi ternyata mampu mengurangi bahkan menghilangkan rasa stres yang dialami kebanyakan orang dewasa ini. Lebih lanjut masyarakat mengasumsikan yoga sebatas senam olah tubuh yang simpel dan dipenuhi dengan teknik pernafasan yang berguna bagi tubuh. Gerakan yoga tersebut telah dikenal dengan nama asana. Selain dalam bentuk asana yoga juga banyak dikenal orang dalam kemasan pranayama yang merupakan kumpulan teknik pernafasan, dan meditasi yaitu sikap duduk dengan ketenangan dalam merelaksasikan tubuh setelah mengalami kelelahan dalam melakukan asana dan pranayama. Secara umum inilah sebenarnya yang diyakini masyarakat luas sebagai yoga, dimana gerakan senam tubuh tersebut dipadukan dengan teknik pengaturan nafas kemudian diakhiri dengan meditasi memberikan suatu fantasi ketenangan dalam tubuh sehingga stres yang dihadapi perlahan sirna setelah berlatih yoga dengan tekun setiap minggunya.
Ditelisik lebih dalam yoga merupakan salah satu sistem filsafat Hindu India yang mengakui otoritas Veda ( Astika Darsana ). Yoga bertujuan untuk menyembuhkan penyakit jasmani dan rohani, menenangkan pikiran dan mampu mengendalikannya, mencapai kebahagiaan dan puncaknya mencapai pencerahan jiwa atau kelepasan dari segala bentuk penderitaan. Yoga yang dikenal umum merupakan kelompok raja yoga dimana berarti jalan untuk menyatukan diri dengan Tuhan melalui pengekangan diri dan pengendalian pikiran. Raja yoga disebut juga dengan Astangga Yoga atau delapan tahapan yoga yang terdiri dari disiplin etika, disiplin fisik dan disiplin pikiran dan jiwa. Disiplin etika tertuang dalam ajaran yama dan niyama brata. Disiplin fisik tertuang dalam ketekunan melakukan asana dan pranayama, kemudian disiplin pikiran dan jiwa tertuang dalam teknik-teknik meditasi yang mendalam.
Disiplin etika dan mental adalah janji utama seorang yang akan menekuni yoga (yogin). Menurut Wayan Sukarma rahasia keberhasilan yoga adalah pada pemahaman dan ketaatan seseorang pada ajaran yama dan niyama brata. Tanpa mengerti dan melaksanakan ajaran itu dengan sungguh-sungguh niscaya menemui manfaat yang sebenarnya dalam yoga. Yama dan Niyama brata adalah janji yang luar biasa (Mahabrata/vrata) yang mesti ditaati dengan sungguh-sungguh oleh para yogi. Mahabrata ini adalah landasan utama sebagai titik awal seseorang menuju jalan pencerahan.

Yama & Niyama merupakan Mahabrata dalam Yoga
Yama secara harfiah berarti pengekangan, atau pengendalian diri. Yama berarti lima jenis pengendalian diri yang harus dilakukan. Yama terdiri dari :
Ahimsa : tidak membunuh atau tanpa kekerasan
Satya : kejujuran
Asteya : tidak mencuri
Brahmacarya : pengendalian hawa nafsu
Aparigraha : tidak menerima hadiah yang mewah
Lima jenis yama tersebut bukan sebagai hafalan saja tetapi harus dilaksanakan demi mendapatkan kemantapan sikap bathin. Ahimsa yang berarti tanpa kekerasan bukan hanya sebatas penerapan tidak membunuh mahluk hidup saja, tetapi juga pengkondisian diri untuk tidak menyakiti mahluk hidup dalam bentuk pikiran, perkataan dan tentu saja perbuatan. Tentu saja hal ini membutuhkan jiwa yang amat besar agar selalu memiliki hati yang mulia dan semua itu perlu latihan yang mantap. Disebutkan dalam ajaran prema (kasih sayang) yang disebarluaskan oleh Sri Satya Narayana ( Sai Baba ) bahwa dalam melaksanakan ajaran ahimsa seseorang harus menumbuhkan rasa kasih sayang dengan cara melayani dan mencintai semua karena Tuhan bersemayam dalam diri setiap mahluk hidup, jadi ibarat sebuah hubungan timbal balik jika kita menyakiti mahluk lainnya maka kita secara tidak langsung telah menyakiti diri kita sendiri, demikian pula jika kita melayani mahluk lainnya maka secara tidak langsung kita telah memberikan pelayanan terhadap diri kita sendiri dan utamanya kepada Tuhan.
Demikian pula janji yang kedua adalah satya (kejujuran), dimana dituntut untuk melaksanakan kejujuran dalam segala aspek kehidupan dari segi perkataan, tingkah laku, pikiran, janji dan jujur kepada setiap orang. Dengan berlaku jujur akan mengembangkan hati yang bersih dan suci yang berarti segala tindakan kita berdasar pada nurani yang selalu bersih tanpa dinodai oleh pikiran dan emosi jiwa yang kotor. Kemudian janji berikutnya adalah asteya yang berarti tidak mencuri. Asteya dalam arti yang luas berarti tidak menginginkan milik orang lain apapun bentuknya itu. Brahmacarya berarti pengendalian terhadap hawa nafsu atau membujang. Pelaksanaannya tidak saja pengekangan terhadap nafsu-nafsu indria seperti berhubungan seksual, tetapi juga janji untuk mengendalikan diri dalam menikmati unsur-unsur indriawi sehingga pikiran selalu terpancar pada Tuhan Yang Maha Esa ( Brahman ). Yama yang terakhir adalah Aparigraha yaitu tidak menerima hadiah yang mewah atau lebih bermakna pada kesederhanaan. Aparigraha menuntun seseorang pada tindakan sederhana dalam menikmati keindahan dunia, tidak berlebihan dalam mencari kekayaan, tidak makan berlebihan ( rakus ).
Ke-lima janji pengendalian tersebut adalah tahap pertama dalam sumpah luar biasa (mahabrata) seorang penekun yoga (yogin), dalam pelaksanaanya yama brata tersebut sangat berkaitan erat dengan aspek niyama atau kepatuhan dan menumbuhkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baik. Niyama terdiri dari :
• Sauca : suci lahir dan bathin
• Santosa : puas apa adanya
• Tapas : melakukan tapa brata
• Svadhyaya : mendalami kitab-kitab suci & mantra
• Isvara-pranidhana : meditasi & berserah diri pada Tuhan
Niyama adalah tahap lanjutan dimana seorang yogin berjanji untuk melaksanakan lima kebiasaan yang baik dalam yoga. Yang pertama adalah sauca atau suci lahir dan bhatin. Secara jasmani badan disucikan dengan memakan makanan yang bersih dan suci, tidak terdapat kekerasan untuk memperolehnya. Kemudian bathin akan dibersihkan dengan menghindari hal-hal yang berbau kekerasan, seperti pertikaian, berkata kasar & menyakiti dan sebagainya. Santosa berarti puas akan apa adanya, ini bermakna kesederhanaan yang amat dalam dan tidak menginginkan yang bukan miliknya, sehingga muncullah kebahagian/puas seadanya. Tapas berarti melakukan tapa-brata, seperti misalnya melakukan brata memakan makanan satvika (tidak makan daging), melaksanakan upawasa, atau puasa tidak makan dan minum secara tulus ikhlas pada hari-hari tertentu. Tapas juga berari pengekangan atau tahan godaan dimana diri sendiri dilatih untuk tahan banting terhadap sesuatu hal yang dinilai merugikan. Menaati janji-janji yang telah disepakati (sumpah). Svadhyaya berarti membiasakan diri untuk mempelajari kitab-kitab suci dan melafalkan mantra-mantra suci. Melakukan sadhana dengan tekun sehingga memiliki rasa kedekatan dengan dewa yang dipuja (ista dewata). Yang terakhir adalah Isvara-pranidhana atau melakukan meditasi dan berserah diri kepada Tuhan. Dalam hal ini berserah diri yang tulus ikhlas dilakukan dengan meditasi yang mendalam (dhyana) menuju renungan pada pusat pemikiran sebagai titik akhir yang tanpa henti dan tanpa gangguan sebagai salah satu jalan menuju tingkat samadhi dimana pikiran telah tenggelam ke dalam objek renungan dalam meditasi.
Demikianlah sumpah luar biasa yang suci dan sakral yang harus dilaksanakan oleh seorang yogin. Dalam astangga yoga pelaksanaan yama dan niyama berada pada urutan pertama dan kedua, ini menunjukkan bahwa untuk dapat melaksanakan yoga agar mencapai keberhasilan (hasil yang memuaskan) maka sumpah luar biasa tersebut tidak bisa dihindari begitu saja. Yama dan Niyama ibarat ”kain pembersih” yang digunakan untuk membersihkan kaca yang penuh dengan ”debu” belenggu duniawi, jika kain pembersih itu selalu digunakan maka debu-debu belenggu duniawi itu akan selalu dibersihkan, maka kita akan segera melihat suatu pemandangan yang jelas dan indah dan pemandangan yang indah tersebut diibaratkan sebagai pandangan akan pencerahan. Dan tugas selanjutnya tinggal mencapai pandangan tersebut hingga benar-benar tercapai apa itu pencerahan dalam yoga (kelepasan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar